Artikel Berita Paroki

Tanpa Misi, Gereja Mati

Gereja hidup untuk diutus. Gereja yang dimaksud di sini bukanlah gedung, melainkan persekutuan umat beriman kristiani. Di setiap akhir Perayaan Ekaristi, Imam mengatakan: Ite missa est yang berarti pergilah engkau diutus. Inilah perutusan umat beriman kristiani sebagai misionaris. Sejatinya, dengan menerima Sakramen Baptis, setiap orang Katolik harus mewartakan Injil di mana pun, kapan pun, dan kepada siapa pun. 

“Tanpa misi, Gereja mati. Gereja harus bergerak ke luar, dari altar menuju pasar, lalu kembali ke altar. Kalau tidak kembali ke altar, nanti kesasar,” kata Romo Markus Nur Widipranoto, Pr – Direktur Nasional Karya Kepausan Indonesia, dalam acara Bincang-Bincang seputar Rosario Misioner yang digelar di gereja Santa Anna, pada Minggu 8 Oktober lalu.

Orang yang telah dibaptis secara Katolik, mengemban misi mewartakan Kabar Sukacita seperti disampaikan Yesus dalam Injil: “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.” (Mat. 28:19-20)

Romo Markus Nur Widipranoto, Pr – Direktur Nasional Karya Kepausan Indonesia: “Bulan Oktober yang dikhususkan Gereja Katolik sebagai Bulan Rosario sekaligus Bulan Misi; maka dengan berdoa Rosario Misioner, kita mendukung misi Gereja di seluruh dunia dan mengungkapkan keberadaan kita sebagai misionaris.”

Cara menjalankan misi tak harus pergi ke tempat-tempat terpencil untuk mewartakan Injil, tetapi kita dapat menjadi misionaris setiap hari melalui 2D 2K, yaitu Doa, Derma, Kurban, Kesaksian. Kita berdoa bagi seluruh umat Allah; bagi orang yang kecil, lemah, miskin, terpinggirkan, dan difabel (KLMTD); berdoa Rosario Misioner untuk karya misi. Kita berderma dengan berbagi materi atau non-materi demi kesejahteraan bersama. Kita berkurban melalui pelepasan ego pribadi, bersahabat dengan semua orang. Kita bersaksi melalui hidup kita, keaktifan kita dalam pelayanan dan komunitas Katolik, memberitakan firman, membela kebenaran dan keadilan, serta membantu kaum KLMTD. “Dengan 2D 2K, kita mengenalkan dan menghantar orang-orang kepada Kristus,” ujar Romo Nur Widi. 

Ada 2 kisah inspiratif dalam Injil yang dapat menjadi acuan kita dalam menjalankan misi sebagai pengikut Kristus, yaitu kisah orang Samaria yang murah hati (Lukas 10:25-35) dan kisah dua murid ke Emaus (Lukas 24:13-35). Terhadap sesama, kita bersikap seperti orang Samaria yang murah hati, seraya kita selalu menyertakan Tuhan Yesus dalam menjalani misi, seperti dua murid yang ke Emaus.

Kita akan merayakan Minggu Misi Sedunia ke-97 pada 22 Oktober 2023. Tahun ini, Bapa Suci Paus Fransiskus memilih tema yang diilhami kisah dua murid dalam perjalanan ke Emaus: “Hati berkobar-kobar, kaki bergegas pergi mewartakan Injil.” 

Dalam kisah Injil ini, kita melihat perubahan pada diri kedua murid. Hati mereka berkobar-kobar ketika mereka mendengar Yesus menjelaskan Kitab Suci, mata mereka terbuka mengenali-Nya, dan akhirnya, kaki mereka bergegas melangkah pergi. Bapa Suci Paus Fransiskus berharap, dengan merenungkan ketiga gambaran ini, yang mencerminkan perjalanan semua murid yang diutus, kita dapat membarui semangat kita untuk penginjilan di dunia saat ini. (PHMCS)