Berita

Pengampunan: Jalan Kecil Menuju Kekudusan

Hari Minggu Biasa ke XXIV (17/09/2023) menjadi tidak biasa  karena kehadiran Pastor Albertus Adiwenanto Widyasworo Pr, putera Paroki Santa Anna Duren Sawit dari lingkungan Bernadeth, Wilayah Bintara Jaya. Pastor Wenan didampingi Pastor Albertus Sadhyoko Rahardjo, SJ selaku Kepala Paroki Santa Anna memimpin perayaan ekaristi secara perdana.

Bersama kelima Pastor yang baru ditahbiskan pada Selasa (15/8/2023) lalu di Paroki Katedral, Jakarta (link: https://www.youtube.com/watch?v=bKIAP7BhIM8 ) yakni Bernard Rahardian, Pr; Ludowikus Andri Novian, Pr; Ignasius Wahyudi Paweling, Pr; Antonius Arfin Samosir, Pr; dan Marcellinus Vitur Dwiputra, Pr.

Romo Wenan

Pastor Wenan dalam homilinya menyampaikan, hasil akhir pengampunan adalah kegembiraan. ”Kita bisa melihat semua lebih positif, dengan kacamata yang baru. Kita bisa melihat hal yang baik yang ada dari saudari-saudara kita,” ujar Wenan, sejalan dengan tema misa “mengampuni tanpa syarat”.

Sembari memperkenalkan masing-masing rekan Imam, sebagaimana kacamata tersebut. “Kalau dari Romo Yudi (Ignasius Wahyudi P, Pr-red.), saya bisa melihat, dia orang yang tekun, telaten, mengerjakan sesuatu sampai selesai.”

Sementara Pastor Bernard, menurut Pastor Wenan, memiliki kebijaksanaan yang penuh karena memiliki nilai IPK yang paling tinggi. Selanjutnya ia menuturkan tentang Pastor Linus, lulusan dari Roma, jurusan moral sosial, dianggap mempunyai wawasan teologi yang penuh dari antara mereka.

Sementara Pastor Alvin dinilai paling mudah bergaul dengan Orang Muda Katolik (OMK). Dan Pastor Ludo dianggap memiliki kerohanian yang paling penuh di antara mereka semua, karena senantiasa mengawali aneka kegiatan di dalam doa.

Setelah sesi perkenalan awal tersebut, melanjutkan homilinya, Pastor Wenan hendak menyapa komunitas inti persekutuan gereja yakni keluarga. Ia mengajak agar para anggota keluarga, agar mau saling mengampuni. Orangtua kepada anak-anaknya. Suami kepada isterinya, dan sebaliknya.

Dalam kesempatan itu, Pastor Yudi turut membagikan pengalaman kehidupan pribadinya, akan makna ajaran kasih yang sesungguhnya. Diawali dengan lagu, ”ajarilah kami ini saling mengasihi, ajarilah kami ini saling mengampuni, ajarilah kami ini, kasihMu ya Tuhan. KasihMu tulus tiada batasnya.”

Bukan sekadar kata atau nyanyian. Dalam perjalanan hidupnya, Pastor Yudi berusaha menabur benih-benih dan menyemai dalam tindakan nyata, sabda Yesus yang berkata, ”bukan 7 kali, tetapi 7x 70 kali” perihal pengampunan yang tanpa batas.

”Pengalaman pengampunan, menjadikan kita manusia yang baru. Diawali oleh karena pengalaman kasih akan Allah,” tutur Pastor Yudi mengungkap kisahnya. Di usianya yang kini menginjak 42 tahun, Pastor Yudi dan ketiga saudaranya dibesarkan di Wonosari, Gunung Kidul. Sewaktu adiknya masih berumur 5-6 tahun, sudah ditinggalkan oleh sang Ayah.

Pengalaman ditinggalkan oleh sang ayah di usia yang tidak terpaut jauh dengan kakak-adiknya saat itu, lambat laun telah menggoreskan luka bagi Yudi kecil. Ia kerap menerima ejekan dari teman sebayanya, karena tidak mempunyai Bapak, sebagaimana keluarga yang utuh.

Seperti ada puzzle hidup yang hilang, yang seolah tanpa disadarinya. Yudi kecil pun bertanya kepada si Mbok, mengapa sang Bapak pergi meninggalkan mereka. Sang Ibu tak bergeming, hanya menangis dan memeluknya.

Seiring berjalannya waktu, Yudi yang kian beranjak besar itu, mempunyai niat, bahwa ia tidak ingin terlarut dalam kesedihan yang tak berujung dan mencari sang Ayah. Ia memanjatkan doa, ”Tuhan , sejelek apapun Bapak saya, kami berempat adalah darah dagingnya.” Di usianya 25 tahun, Yudi diperkenankan oleh Tuhan untuk bertemu dengan Ayah kandungnya di sebuah kampung terpencil.

Ia telah berkeluarga dan berpindah menjadi muslim. Sang Bapak pun masih mengenal Yudi, meskipun lama tidak berjumpa selama bertahun-tahun. Disitu, mereka pun saling menangis dan berpelukan, memecah nestapa yang berkalang rindu.

“Saya bilang, (itu) pengampunan yang luar biasa. Saya mengatakan kepada Tuhan, ajarilah hatiku seperti hatiMu, hati yang mengasihi, dan hati yang mau mengampuni,” harap Yudi dalam doanya.

Firman Tuhan akan pengampunan yang tiada batas itu kian terngiang di batin Pastor Yudi. Perlahan-lahan ia pun turut mengajak para sanak saudaranya. “Sesibuk apapun, kunjungilah Bapak selagi masih sehat. Saya selalu menawarkan, pengampunan itu tidak ada artinya setelah ditinggalkan. Kita kan diajarkan untuk mengasihi dan mengampuni,” ungkap Pastor Yudi.

Pengalaman mengampuni memang tidak mudah. Tetapi menjadikan manusia yang baru, pribadi yang bebas, merdeka, dan penuh sukacita.

Mengutip ayat dari Kitab Putera Sirakh (bacaan I: Sir 27:30-28:9) dan bacaan II (Rom.14:7-9) disebutkan bahwa hidup dan mati kita adalah milik Allah. Dan apa yang dikatakan Yesus bahwa ”kamu harus saling mengasihi dengan tulus hati”.

Pengampunan, dari kisah tersebut, bagi Pastor Yudi merupakan jalan-jalan kecil menuju kekudusan. Atau dalam bahasa Paus Fransiskus, pengampunan adalah jalan menuju kesempurnaan kasih. Kalau kita saling mengasihi, ada sukacita dan pengalaman hidup baru. ”Mari kita saling mengasihi, mengampuni, tindakan sederhana, tetapi membawa dampak bagi kita sebagai murid-murid Kristus,” pungkas Pastor Yudi.

Menutup homili, Pastor Wenan sejenak mengajak umat untuk memejamkan mata. Sembari mendengarkan alunan lagu dengan petikan gitar yang digubahnya. ”Ketika hatiku t’lah disakiti, ajarku memberi hati mengampuni. Ketika hidupku t’lah dihakimi. Ajarku memberi, hati mengasihi. Ampuni bila kami, tak mampu mengampuni yang bersalah kepada kami. Seperti hati Bapa mengampuni mengasihi, tiada akhir.”

Pastor Diosesan KAJ Pertama dari Santa Anna

Pastor Yoko, SJ dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur dan sukacitanya karena Pastor Wenan menjadi Romo Diosesan pertama di KAJ yang berasal dari Paroki Santa Anna. Sehingga Pastor Yoko kembali menghimbau kepada rekan-rekan muda agar mau terpanggil menjadi imam diosesan Jakarta. ”Mau dari seminari menengah, dipersilakan. Atau dari profesi tertentu,” tuturnya.

Pasca penahbisan Imamatnya, para Pastor telah menerima tugas penggembalaan umat. Pastor Ignasius Wahyudi Paweling, Pr yang berasal dari Paroki St.Petrus Kanisius, Gunung Kidul, Keuskupan Agung Semarang, telah menerima penugasan di Paroki Alam Sutera, Tangerang.

Pastor Bernard Rahardian, Pr dari Paroki Alam Sutera, mendapat penugasan di Paroki Kelapa Gading. Sementara Pastor Marcellinus Vitur Dwiputra, Pr yang berasal dari Gereja St Helena, Paroki Curug, Tangerang, akan tinggal di Puruhita (berdekatan dengan Puspas KAJ Samadi) meneruskan karya Pastor Sadhyoko SJ yang sempat mendampingi para frater.

Pastor Antonius Arfin Samosir, Pr yang berasal dari Paroki Citraraya, akan mengemban tugas di Paroki St.Bonaventura, Pulomas. Dan Pastor Ludowikus Andri Novian, Pr yang berasal dari Paroki St Arnoldus Bekasi, akan bertugas di Paroki Bojong Indah, Jakarta Barat.

Tidak lupa, Pastor Wenan yang menerima penugasan di Paroki Kranggan, Cibubur, mengajak para umat agar senantiasa mendoakan mereka. ”Perjalanan kami masih panjang,” tuturnya. [Anton Bilandoro]