Berakar Dalam Kristus
Siapakah manusia di dunia ini, yang datang untuk mengalami kematian di usianya yang ke-30 tahun? Dia adalah Yesus!
Hal tersebut disampaikan oleh brother Jimmy selaku pembawa acara dalam pertemuan umum (General Assembly-1) kelompok Couple for Christ (CFC) pada Sabtu (4/2/2023) di Gedung Yos Sudarso, Gereja Santa Anna. Panggilan “brother” atau “sister” merupakan panggilan yang disematkan oleh anggota CFC, kepada para saudara laki-laki dan perempuan.
Dengan teladan Yesus tersebut, CFC mengambil tema “berakar dalam Kristus” (Rooted in Christ; mengacu pada ayat 1 Kor 16:13: “Berjaga-jagalah! Berdirilah dengan teguh dalam iman! Bertindaklah sebagai laki-laki! Dan tetap kuat (1 Korintus 16:13)
”Kutipan tersebut menguatkan kita, untuk kita bertumbuh dalam iman,” ujar Jimmy. Ia mengingatkan para anggota CFC dan umat yang hadir, untuk berpantang dan berpuasa, menjelang Rabu Abu (22/2) mendatang.
Dengan berpantang dan berpuasa, (kita) bisa menghayati penderitaan Kristus, hingga kebangkitanNya. ”Membuat kita berakar dalam Kristus. Berakarnya kita, juga turut mengajak orang lain,” imbuh umat Paroki Pulomas tersebut.
Alasan kedua, ialah karena Yesus Kristus telah menebus kita. Dia akan melanjutkan pemulihan kita setiap hari. Untuk itu, Ketua Chapter Jakarta Timur CFC tersebut mengajak, ”marilah kita berakar di dalam Dia, sehingga Allah Bapa dan Allah Roh Kudus akan memberi kita kekuatan dan keberanian untuk memerangi si jahat.”
Sebagaimana tema yang diambil dari bacaan 1 Kor.16:13, brother Jimmy mengisahkan latar belakang umat Korintus pada zamannya. Yakni suatu kota yang penuh dengan dosa pada masanya. Berpijak pada masa kini, setiap kita juga memiliki banyak tantangan/ kesulitan. Merasa kehilangan arah/ tersesat, dan banyak hal yang membuat kita sedih, misalnya, kehilangan pekerjaan.
Begitu pula yang dialami oleh beberapa anggota komunitas CFC. Diceritakan, salah satu anggotanya, Bambang yang mengalami kecelakaan di jalan tol. Ketika membawa penumpang, ia menabrak sebuah truk sedang parkir. Tangan dan kakinya mengalami patah, sementara mobilnya hancur. Ia pun harus memasang pen (alat penyambung pada tulang yang mengalami patah) pada sendi tangannya. Ada pula pak Wahono yang kehilangan kendaraan bajaj miliknya. ”Setiap dari kita mengalami suka duka,” ungkap Jimmy.
Tantangan hidup kita seperti hidup di atas kapal. Kehilangan arah. Seolah-olah, hingga pada satu titik, kita mungkin menyerah. Sudah tidak percaya kepada Tuhan, tidak mau komuni, enggan ke gereja, dan sebagainya. Setiap kita, dalam pertumbuhan iman kita, pasti mengalami berbagai macam kesulitan itu.
[Diumpamakan, seperti pohon yang semakin besar, hempasan angin pun akan semakin kencang. Sementara akarnya akan semakin dalam dan semakin kuat. Begitu pula dalam setiap pergulatan hidup kita, akan membuat iman kita semakin berakar.]
Yesus juga mengalami cobaan. Pertama, godaan untuk mengubah batu menjadi roti. Manusia tidak hanya hidup dari roti saja, tetapi dari firman Tuhan. Tantangan yang kita hadapi, yakni kecenderungan mengumpulkan materi. ”Karena sifat kedagingan manusia. Ada yang duitnya ngga banyak, tetapi justru mau berbagi,” ungkap Jimmy.
Cobaan kedua adalah tawaran akan kekuasaan. Tetapi Yesus berkata, Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”. Dan cobaan ketiga, adalah berkaitan dengan ego. Yakni ketika Ia ditempatkan di bubungan bait Allah. Dan Yesus menjawab, “Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!”. Dalam kaitannya dengan keseharian kita, bahkan dalam doa-doa yang kita panjatkan,, sering kita memohon banyak hal kepada Tuhan. Bahkan bertransaksi. ”Maka dalam doa-doa kita, coba kita berpegang kepada rasul Paulus: ”Kuatkanlah aku pada saat aku mengalami cobaan.”
Kembali kepada tema yang diambil dari bacaan 1 Korintus 16:13. Setiap kita tahu kesulitan yang kita hadapi, tetapi bagaimana iman kita mengarahkan ke arah yang benar.
Pada akhirnya, dari semua pencbaan, akhirnya Yesus bangkit. Tuhan telah mengalahkan maut. Kita kadang takut mati. Tetapi bagi orang beriman, hidup itu berubah. Dari dunia fana ke dunia yang abadi. Kita tidak takut mati. Tetapi kita percaya kalau hidup kita benar, di satu titik nanti, saya akan bertemu dengan Yesus Bunda Maria, dan para orang Kudus.
”Saat saya jatuh saya butuh seseorang, pasangan atau komunitas. Begitu pula persaudaraan di dalam Kristus. Hidup ini kita tidak sendiri. Kita ingin orang-orang di sekitar kita juga masuk ke surga,” ujar Jimmy.
Dalam kesempatan tersebut, ketiga anggota CFC diberikan kesempatan untuk berbagi akan pengalaman imannya. Diawali dengan kesaksian seorang Ibu bernama Sophie. Ia merasa, kehidupan rohaninya belum bertumbuh. Hingga menginjak usia ke-43 tahun, kehidupan rohaninya mengalami pertumbuhan saat bertemu dengan kelompok PDKK (Persekutuan Doa Karismatik Katolik). Kemudian, di usianya ke-47 tahun, ia mengikuti kursus evangelisasi.
Ia merasa bodoh dalam pertemuan sekolah evangelisasi tersebut. Secara singkat, Sophie mengungkapkan bahwa ia sekarang telah mengerti dan merasakan, bahwa firman Tuhan adalah ”google-nya” saya menuju ke hadirat Tuhan yang kita nantikan. ”Karena dunia dan semuanya ini, adalah sebenarnya hadirat Allah,”ungkap Sophie.
Sophie mengutip Mazmur 91:14: ”Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku , maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku. Sebab, dia mengasihi Aku maka Aku akan membebaskannya.” Menurut Sophie lagi, di dalam Kitab Suci itu ada peristiwa dan ada solusinya. “Saya kalau duduk diam, sendirian, saya membaca, menghafalkan. Tetapi semakin melayani, makin hafal. Kalau tidak, saya semakin merasa lupa,” kata Sophie.
Dalam kesaksian yang lain, Yosef dan Ibu Hendro juga turut membagikan pengalaman iman dan kemudian bangkit kembali. Mereka mengusahakan untuk berdoa bersama, membaca kitab suci/ firman Tuhan setiap hari, dan renungan. Bahwa dalam setiap pergumulan dan kehidupan keluarga kita, membuat kita semakin berakar dalam Kristus, kalau kita senantiasa berdoa dan berjaga-jaga. (peliput: AB)