Artikel

Kiat Menjadi Pengusaha

Menjadi pengusaha yang sukses dan diberkati, selalu diawali dengan niat bahwa saya mau membantu, menolong orang lain. Pasti jalan, dan uang pasti ikut. Kenapa?

Ada energi positif dari kita (untuk mau membantu). Dan itu ditangkap oleh orang lain. Motivasi tersebut disampaikan oleh David Tamara, narasumber pada pelatihan dasar UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) di Ruang Maria Gedung Yos Sudarso, Gereja Santa Anna (8/10).

Sebagai synergy master mentor yakni pembimbing UMKM binaan Kemensos, David juga menyampaikan pentingnya rich mindset (wawasan yang kaya). Diandaikan, seorang kaya yang disertai mindset kaya = pasti kaya. “Biasanya ada duit sedikit, digunakan untuk investasi, mencari orang-orang jujur, rajin, dan tahan banting, tidak baper,” ujar David.

Selama sekitar 4 jam, lebih dari 50 peserta mengikuti secara antusias pelatihan dasar tentang bagaimana mempersiapkan usaha, termasuk sesi sharing dan panel diskusi, serta konsultasi usaha (sisi legalitas dan keuangan) dari para narasumber.

Mengisi sesi pertama, David menyampaikan bagaimana membuat proposal usaha dengan menggunakan business model canvas yakni sebuah pemetaan usaha. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Biasakan kita pahami dulu, kebutuhan yang ada itu apa di sekeliling kita.

Misalnya: di lingkungan saya menderita karena apa? Apakah membutuhkan bahan makanan? Apabila dekat dengan kampus, apakah memerlukan jasa fotokopi, kantin, atau kos-kosan. Atau di tempat tinggal saya banyak orang tua. Maka butuh catering makanan sehat. Atau membutuhkan obat-obatan (apotek). Disitulah terletak customer segment.

2. Setelah kita mengetahui kebutuhannya, selanjutnya adalah, “saya punya apa? Produk saya apa?”

3. Menentukan channel atau saluran distribusi.
Masyarakat butuh apa, didistribusikan lewat apa? Pengirimannya dengan cara apa?

4. Customer loyalty: program menjaga hubungan baik dengan pelanggan saya.

5. Key Activities: aktivitas utama saya apa?
– Beli bahan baku apa
– Pemasaran?
Banyak hal yang dilakukan oleh orang yang sedang berwira-usaha, tetapi yang utama malah tidak dikerjakan.

6. Key Partner: menemukan rekan bisnis yang dapat memberikan nilai lebih. Artinya memberikan sesuatu yang berbeda dengan orang lain.

Misal: membeli bahan untuk membuat kue, apakah bisa membayar bulan berikutnya.
Atau gojek bulanan. Atau produk tertentu diantarkan. Dengan mendapatkan diskon, dll. Temukanlah.

7. Resources: mengelola karyawan tidak gampang. Disini masuk gaji, dll.

8. Revenue Stream: pemasukan dari hasil penjualan. Misalnya, toko roti yang memerlukan mentega, kalengnya bisa dijual kembali. Kardusnya juga bisa.

Selanjutnya, David sebagai softskill facilitator, secara sederhana memberikan tips dalam berwirausaha. Pertama, pentingnya mindset dalam wirausaha, pahami arti bisnis, konsistensi dan komitment. “Kalau mau usahanya sukses dan diberkati. Selalu diawali, saya mau membantu, menolong orang lain. Pasti jalan. Uang pasti ikut,” tutur David.

Ia menyampaikan alasan, bahwa hal tersebut dapat membawa energi positif dari kita. “Dan itu ditangkap oleh orang lain. Minimal ada orang yang mau membantu,” imbuh David.

Selanjutnya, David memaparkan makna dasar tentang bisnis. “Bisnis adalah sejumlah pelanggan, dalam definisi paling sederhana. Bisnis turun, artinya yang beli berkurang,” terang David. Selanjutnya, bisnis itu berhasil karena konsistensi dan komitmen. “Kalau buka, buka terus. Untuk usaha makanan, usahakan selalu bersih. Juga saat membuat konten video.”

Berkaitan dengan usaha makanan, David mengajak untuk membiasakan mencuci tangan, sebelum dan sesudah: memegang bahan baku, memegang alat makan dan alat masak, sebelum dan setelah makan, serta sebelum dan setelah ke toilet.

Dikisahkan pula tentang pentingnya higienis pada saat penyajian makanan. Misalnya, seorang tukang gado-gado, memakai sarung tangan plastik, tetapi melayani pelanggan dengan memngambil sayur dan uang tunai dengan sarung tangan yang sama.

David juga menyarankan agar kita membuat catatan usaha, misalnya pengeluaran satu hari. Mulai dari transportasi, penggunaan kosmetika, arisan/ tabungan, kredit rumah, iuran lingkungan, listrik, air, hingga pentingnya uang kolekte (sumbangan, ke panti asuhan, dll.).

Catatan pengeluaran tersebut dapat menyadarkan kita akan besarnya biaya hidup yang telah kita gunakan dalam satu periode tertentu.

Makna lainnya adalah tentang resep rahasia kebahagiaan dalam kehidupan. Menurut David, rahasia dapat bahagia itu berbagi. “Saat mikirin diri sendiri, itu selesai. Maka Itu (kolekte) perlu masuk anggaran. termasuk bayar pajak.”

David juga menekankan pentingnya honor sang penjual itu sendiri dalam setiap harga pokok produksi.

  1. Beberapa tips dari David:
    Membuat target minimal penjualan produk, dengan membagi nilai total biaya/ pengeluaran hidup dengan keuntungan
  2. Cari key partner yang dapat memberikan nilai lebih
  3. Menghemat biaya operasional
  4. Jangan menurunkan kualitas bahan baku
  5. Mulailah bisnis yang kita sukai (misalnya terkait hobi)
  6. Kolaborasi dan ATM (amati, tiru, modifikasi) sesuai market yang ada
  7. Bila usaha mendapat pertentangan dari keluarga? Jangan keluar dari comfort zone, tetapi perluas bidang usahanya. Misalnya, seorang ahli IT yang ingin berternak ayam, tetaplah di jalur IT, sambil belajar berternak. Bahkan, kalau mampu menggunakan platform digital, maka jaringan pemasaran bisa lebih luas.
  8. Komunikasi

Pada sesi kedua, Mentor Literasi Legalitas Usaha, Purwanti Wilujeng menyampaikan ajakan kepada para peserta untuk melegalkan usaha setiap warga negara supaya memiliki perlindungan hukum dan dilindungi pemerintah.

Pemilik usaha catering dari 2002 itu memberikan panduan kepada para peserta, bagaimana membuat NIB (Nomor Induk Berusaha, sebelumnya adalah SIUP atau TDP, diganti menjadi NIB) yakni KTP pelaku usaha. Dengan identitas pengusaha, maka usaha kita juga diakui oleh negara.

“NIB melegalkan usaha menjadi berizin. Dengan NIB usaha kita menjadi usaha formal, diakui oleh pemerintah, negara, dan hukum,” ungkap Purwanti. NIB juga memudahkan setiap pengusaha untuk membuat usaha lanjutan. Misal: dengan produk yang disertifikasi halal, maka bisa lebih diterima oleh konsumen/ masyarakat.

Secara praktis, Purwanti bersama para mentor, dalam forum sharing, mengajak para peserta untuk melakukan instalasi aplikasi perizinan satu pintu (online single submission / OSS). Program aplikasi OSS Indonesia berlogo merah, dapat diunduh di play store atau appStore.

Selanjutnya adalah penjelasan akan layanan perizinan berusaha untuk pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK) orang perseorangan dan pelacakan pemrosesan perizinan berusaha untuk semua jenis pelaku usaha

Perlu tidak nya NIB tergantung dari kebutuhan si pengusaha. Apakah usaha kita mau diperluas/ berkembang atau tidaknya. Sebaliknya, bisnis yang ingin menjangkau ke pangsa pasar yang lebih luas, maka perizinan sangat diperlukan. Yakni dengan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI).

“Perlu diketahui pula bahwa kini, pemerintah RI tengah menggalakkan perizinan sempurna, mulai dari NIB, halal (di.setiap kota ada pendampingan). Dengan harapan kita semua pelaku UMKM semakin bersemangat dan mencapai ekspor,” ujar Purwanti.

Dalam kesempatan tersebut, CU / KSP Credit Union Bererod Gratia juga memberikan layanan pemodalan. Berkolaborasi dengan kelompok Wanita Katolik Republik Indonesai (WKRI) yang membantu pendanaan dan pendampingan pelatihan.

Kegiatan ini diadakan oleh Tim Sinergi Bidang Prioritas (TSBP) 5 Paroki Duren Sawit (Padusa), berkolaborasi dengan WKRI DPC Santa Anna, Seksi PSE Padusa, Credit Union (CU) Bererod Gratia, dan didukung oleh Komsos Padusa. (Anton Bilandoro)