Misa Komuni Pertama 30 Juli 2022
Misa Komuni Pertama (Komper) 30 Juli 2022 di Gereja Santa Anna, Paroki Duren Sawit telah dilaksanakan. Sebanyak 107 peserta komuni pertama pada tahun ajaran 2022 telah mengikuti rangkaian misa. Peserta terdiri dari 105 anak-anak dan 2 peserta dewasa; terbagi menjadi 6 kelompok, yaitu Santa Anna, Strada Van Lith, Strada Dipamarga, Budhaya, Yoakhim, dan Kinderfield. Misa komuni pertama dipimpin oleh Romo Albertus Yoko, Sj, dan Romo Agustinus Rudy Chandra Wijaya, Sj Misa ini juga diiringi oleh koor Strada Van Lith II.
Misa Komuni Pertama selalu menjadi daya tarik bagi para peserta dan keluarga peserta. Banyak peserta datang tidak hanya dengan keluarga inti, tetapi datang bersama kelurga besar. Berbeda dari misa komuni pertama tahun ajaran 2021, di mana jumlah orang yang boleh mendampingi peserta penerima komuni pertama dibatasi. Peserta dan keluarga datang lebih cepat 1 jam sebelum misa komuni pertama dilakukan untuk melakukan sesi foto bersama.
Misa dimulai pukul 09.00, tidak ada tata cara khusus pada misa kali ini. Dalam khotbahnya, Romo Yoko berpesan kepada para penerima komuni pertama, “Kita diajak untuk menyambut Tubuh Kristus dengan hati yang bersih. Menyambut tubuh Kristus secara sakramental, berbeda dengan secara virtual. Secara sakramental ada tandanya yang nyata, yang telah diberkati bersama-sama dan itu tanda kehadiran Tuhan secara sakramen.”
Ketika menyambut komuni, berarti merasakan kehadiran Tuhan secara nyata melalui rupa hosti. “Kalau kita menyambut tubuh Kristus, dan juga darah Kristus, atau salah satu, atau dua-duanya, berarti kita mengambil bagian dalam kehidupan Kristus yang wafat dan bangkit untuk kita”, tambahnya.
Selesai berkat penutup, para peserta melakukan sesi foto bersama dengan anggota kelompok, pembina, dan Romo Yoko.
Proses belajar sampai menerima komuni pertama
Peserta anak-anak yang mengikuti komuni pertama mengaku senang setelah menerima komuni untuk pertama kalinya dan ke depannya mereka bisa mengikuti perayaan ekaristi secara utuh. Seperti yang dikatakan oleh Seravin Odelia dari sekolah Budhaya, “Perasaannya senang karena baru pertama kali coba.” Meskipun saat menerima komuni pertama sempat merasakan gugup tetapi dia tetap merasa senang.
Para peserta yang kebanyakan anak-anak, mengakui sempat menghadapi tantangan saat proses belajar komuni pertama. Odelia dari sekolah Budhaya dan Leonardo dari SD Strada Dipamarga mengungkapkan sempat kesulitan saat menghafalkan doa tobat dan latihan tata cara pengakuan dosa.
Kesulitan dan tantangan yang dihadapi tidak hanya datang dari anak-anak penerima komuni pertama, tetapi juga datang dari orang tua mereka. Orang tua memiliki peran penting dalam pendampingan anak pada proses belajar menyambut komuni pertama. Seperti yang dikatakan oleh Dedi, orang tua dari Elisabeth Patricia peserta penerima komuni pertama, “Tantangan yang dihadapi kami sebagai orang tua sibuk mencari uang, tantangan pertama membagi waktu, kedua adalah membantu memberikan materi pelajaran, terutama pengenalan tentang Tuhan Yesus dan sebagainya, tentunya dipenuhi berbagai tantangan, penuh tantangan tetapi seru, kadang-kadang anak saya suka capek dan nangis. Mungkin dia capek karena sekolahnya ditambah belajar komuni. Kami pun sebagai orang tua menyemangati dia dan memotivasi untuk bangkit.”
Proses pembelajaran komuni pertama tahun 2022 dilakukan secara hybrid. Di mana pada proses belajar penerimaan komuni pertama tahun 2021 dilakukan secara daring.
Joko Indarto selaku ketua pelaksana komuni pertama tahun 2022, mengungkapkan bahwa anak-anak sangat tertarik ketika offline, “Saya mendengar dari para pembina mereka sangat interested, contoh ketika mereka berlatih cara menerima komuni, atau berlatih tata cara pengakuan dosa, justru mereka lebih memahami ketika dilakukan offline. Kalau online kebanyakan membayangkan, kadang-kadang anak-anak suka sulit.”
Meskipun para peserta sudah melakukan latihan tata cara menerima komuni, terlihat dari beberapa peserta masih gugup dan bingung saat maju menerima komuni. Faktor yang mungkin menyebabkan peserta masih bingung adalah posisi tangan ketika setelah membuka masker dan posisi tangan sesudah memakan hosti. Pasca menerima komuni pertama, para peserta diharapkan semakin rajin ke gereja, rajin berdoa, dan mulai memikirkan untuk turut serta dalam pelayanan di gereja.