Berita

Longinus

Longinus:
Inilah nama perwira yg menombak Yesus saat tergantung di Salib. Ia yg hampir buta, disembuhkan ketika sebagian darah & air dari Yesus jatuh ke matanya dan ia langsung berseru, “Sungguh, Ia adl Anak Allah!” [Mrk 15:39]

Ia menjadi biarawan di Kapadokia & tombaknya kini berada di pilar Basilika St Petrus – Vatikan.

Kisah Santo Longinus
Gereja Katholik memberi nama Longinus kepada komandan prajurit Romawi (Centurion) yang memimpin dan mengawasi prosesi penyaliban Yesus di bukit Tengkorak. Gereja bahkan menganugerahkan kepadanya gelar Santo!

Longinus adalah orang yang telah menombak lambung Yesus saat Ia tergantung tak berdaya di kayu salib.

Anugerah Santo untuk penombak Orang Yang Dikuduskan? Menarik.

Jati diri persis si perwira sebenarnya tak diketahui pasti, tetapi kesaksian hidupnya sangat luar biasa hingga gereja mencatat perjuangannya, memberinya nama bahkan gelar sebagai orang suci.

Pertama, mengapa lambung harus ditombak?

Penombakan lambung adalah prosedur standar yang selalu dilakukan oleh komandan Romawi saat memimpin prosesi hukuman penyaliban.

Alasannya begini: Orang yang telah tak berdaya di kayu salib bisa jadi ia hanya pingsan, dan tentara yang mengawal prosesi tentu tak mau bertindak ceroboh dengan meninggalkan si pesakitan begitu saja.

Bisa jadi kemudian, saat semua orang telah pergi, pengikut si hukuman akan datang menolong dan menurunkan dari salib.

Nah, untuk mencegah kemungkinan si pesakitan hidup lagi sekaligus guna mempercepat kematian si terhukum -bila ia hanya pingsan- maka lambung harus ditombak. Itu prosedur bakunya.

Setelah melihat Yesus sudah lemah tak berdaya, Longinus lalu meminjam Hasta bawahannya dan mendekat ke tiang salib.

Hasta adalah tombak khas prajurit infantri Romawi. Diambil dari bahasa Latin. Panjangnya sekitar lengan orang dewasa terentang penuh lebih sedikit. Prajurit pemakainya disebut Hastati.

Pasukan Hastati biasanya juga membawa pedang ( disebut Gladius) di pinggang dan tangan kanan menenteng tameng kotak (dinamakan Scutum)

Nama Hasta (bukan Hasta – lengan- dari bahasa Sansekerta) biasanya juga dipakai untuk mengukur panjang. Di beberapa daerah masih dipakai hingga saat ini. Kita pernah mendengar, misalnya, kata-kata “panjang tanahmu berapa Hasta atau berapa tombak?”

Kembali ke Longinus.
Setelah memegang Hasta, ia berdiri tepat di bawah salib. Longinus harus mendekat agar tak salah sasaran. Maklum, penglihatannya bermasalah. Matanya sakit dan sejatinya ia nyaris buta.

Sejenak ia mengedip-kedipkan matanya, berusaha untuk melihat lebih fokus. Setelah yakin, tombak ia hunjam dengan mantap.

Baja tajam langsung menancap masuk lambung! Cleb! Darah bercampur air langsung muncrat keluar. Percikan darah diantaranya juga menciprat mata Longinus!

Secara reflek ia mundur sambil mengusap matanya, ia kembali mendongak dan seketika itu juga ia merasakan keajaiban pada matanya. Penglihatannya menjadi terang benderang! Spontan mulut nya langsung memuji, “sungguh, orang ini adalah Anak Allah” (injil Markus 15: 39)

Ucapannya demikian mantap hingga Longinus termasuk dalam hitungan sebagai orang yang Percaya pertama kali akan Kekudusan Yesus.

Lubang di lambung adalah luka kelima, luka terakhir.
Luka pertama adalah luka punggung karena dicambuk, disusul luka kepala karena ditancapkan mahkota dari anyaman tanaman berduri, lalu luka kaki dan telapak tangan karena dipaku.

Meski melewati berbagai penyiksaan, tapi, tak ada tulang-Nya yang diremukkan. Sebelumnya, ada seorang prajurit yang sudah mengambil martil besar yang tadi digunakan untuk memaku, dan siap meremukkan tulang kering-Nya, tetapi seorang prajurit lain mencegahnya. Hal ini tepat seperti nubuatan para nabi yang hidup sebelum Yesus, bahwa tubuh-Nya akan disalibkan tetapi tulangnya tak ada yang diremukkan.

Setelah kesembuhan ajaib pada penglihatannya , Longinus lalu melakukan perubahan drastis dalam hidupnya. Ia keluar dari dinas militer, meninggalkan kepercayaan Romawi kuno yang masih menyembah berhala dan mempelajari ajaran Yesus Kristus.

Setelah mantap ia masuk dan berkeliling sekitar Yunani-Turki untuk mewartakan Kabar Keselamatan kepada semua orang. Longinus berkelana ke berbagai kota yang penduduknya masih menyembah berhala.

Ajarannya kerap mendapat penolakan keras dan akhirnya ia ditangkap di kawasan dataran tinggi Turki bernama Kapadokia. Giginya dicabut paksa dan lidahnya dipotong, dalam ketakberdayaannya Longinus tetap mewartakan Kabar Baik.

Perwira pemberani itu akhirnya meninggal dan pengikutnya menganggap ia seorang martir.

Gereja Katholik Roma mengakui semua pengorbanannya dan menobatkan Longinus sebagai seorang Santo, sebuah sebutan luhur untuk orang yang telah terbukti menjalani hidup dengan penuh kebajikan yang heroik, atau disebut juga suci (kudus).

Tombak Longinus masih tersimpan dan sebuah patung didirikan untuk mengenang Longinus ditempatkan di Basilika Santo Petrus di kota Vatikan.

Beberapa film dan novel dibuat untuk melukiskan kemartiran Longinus.

Moral kisah ini: Seorang lawan -musuh- yang paling jahat dan pendosa sekalipun bisa diubah Tuhan menjadi seorang martir yang hebat. Longinus menyambut uluran Tangan Tuhan untuk berjalan bersama Dia, selagi masih ada waktu.

Selamat menjelang Paskah saudaraku, Tuhan memberkati. Teruslah berbuat kebajikan selagi masih ada waktu dan berkesempatan

==========
Sumber :
* Image : St. Longinus