PERJUANGAN SEORANG IBU PENDERITA COVID-19
Setahun sudah kita mengalami pandemi Covid-19 yang mengerikan dan sampai sekarang belum juga reda dan hilang dari permukaan bumi. Bahkan, virus ini semakin berkembang bermutasi menjadi beberapa varian jenis baru, yang lebih dahsyat penyebarannya dan lebih berbahaya. Seluruh negara di dunia menjadi sibuk dengan serangan pandemi ini, untuk melawan agar tidak mudah masuk dan meyerang rakyatnya.
Demikian juga Indonesia, pemerintah menerapkan peraturan-peraturan yang harus ditepati dan dilakukan. Bagi yang tidak menjalankan peraturan kesehatan ini bisa mendapat sanksi dari yang berwajib. Kita mengenal dengan istilah-istilah: memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan, menghindari mobilisasi, dan makan bergizi.
Demi menghindari banyak korban yang jatuh dan mengurangi jumlah angka kematian, pemerintah pun memberlakukan peraturan bekerja dan belajar dari rumah. Virus ini dengan cepat menyerang siapa pun, tidak pandang bulu baik si kaya atau miskin, tua atau pun muda. Orang-orang diberi pembelajaran tentang tanda-tanda gejala apabila terserang oleh virus ini dan harus segera melapor di lingkungan tempat tinggalnya, tidak boleh merahasiakan, untuk memudahkan melacak dari mana ia terpapar Covid-19 ini. Hal ini akan memudahkan tenaga kesehatan setempat mudah dalam menanggulangi atau menghambat penyebarannya.
Seperti kita jumpai seorang ibu bernama Ch. Sugiyarti Waliman, tinggal di Pondok Kelapa, Lingkungan Gregorius, menuturkan pengalamannya saat ia terpapar Covid-19.
Saat itu pada tanggal 29 Maret 2020, ia merasa tidak enak badan, meriang seperti masuk angin, kemudian disertai batuk-batuk. Tanggal 2 April pergilah ia ke dokter, divonis gejala Typhus dan kalau panasnya masih turun naik dianjurkan datang kembali. Tetapi ternyata kondisinya semakin memburuk. Tanggal 9 April ia kembali ke dokter dan ketika malamnya pulang ke rumah, batuknya semakin parah dan mengalami sesak nafas. Ibu Waliman langsung dibawa oleh anak ragil (bungsu), ke RS Bethsaida, di daerah Bumi Serpong Damai (BSD). Setelah menunggu hasil observasi laboratorium hingga jam 2 pagi, hasilnya adalah ia divonis terpapar Covid-19.
Karena Rumah Sakit Bethsaida BSD bukan rumah sakit rujukan untuk Covid-19, seketika itu kembalilah ke rumah. Puji Tuhan, esok harinya, tgl 10 April 2020, mendapat tempat rujukan di Siloam Hospital, di Bekasi. Dengan segala perasaan yang berkecamuk, masing-masing menyembunyikannya dengan tenang dalam hati dan saling menguatkan satu dengan yang lain.
Tanggal 10 April adalah Hari Jumat Agung. Suami dan si ragil harus pulang, penderita tidak boleh didampingi. Dan tinggalah Ibu Waliman sendirian di rumah sakit ditemani dengan rosario biru milik Pak Waliman yang selalu dipakai di pergelangan tangannya. Hari demi hari keadaan Bu Waliman semakin buruk. Dokter dan si mbarep (anak sulung) segera mencari rumah sakit yang lengkap peralatannya, yang memiliki alat pembantu pernapasan, ventilator.
Tanggal 12 April 2020, Ibu Waliman dipindahkan ke Siloam Hospital Mampang. Dengan mobil ambulan yang meraung-raung , tanpa ditemani keluarga, hanya dengan perawat saja dan selang oksigen di hidung. Air mata ibu pun berderai sambil berpasrah kepada Tuhan di hari Paskah. Perasaan sedih pun berkecamuk karena harus berjauhan dengan keluarga. Hanya lambaian tangan dari suami dan si ragil yang menguatkan hati ketika masuk ke dalam rumah sakit. Ibu langsung dibawa ke ruang ICU (Intensive Care Unit) dalam keadaan tak sadarkan diri lagi selama beberapa minggu lamanya.
Keluarga berjuang bersama dengan tenga kesehatan semaksimal mungkin, dengan memberikan obat-obatan yang baik dari luar negeri maupun dalam negeri dan juga bermacam-macam vitamin agar cepat sembuh. Dan beberapa minggu pun berlalu dalam keadaan Bu Waliman tidak sadarkan diri.
Setelah sekian waktu berlalu, Bu Waliman akhirnya sadar dan merasakan ada banyak selang menempel di tubuhnya. Ada selang infus, kateter, dan di hidung pun ada selang serta terdengar detak-detak bunyi alat kesehatan.
Yang dirasakannya ketika siuman adalah:
* Mulut terasa kering karena terus terbuka akibat terganjal selang di mulut.
* Batuk yang tiada henti dan sesak nafas
* Sering diberi terapi uap untuk mengeluarkan cairan di dalam paru-paru
* Minum air dan susu secukupnya untuk sekedar membasahi mulut saja
* Kondisi psikis belum pulih, sering berhalusinasi
* Belum bisa berkomunikasi
Suster yang bertugas merawat di sana sering menghiburnya. Pesan kepada keluarga dapat disampaikan melalui kertas dengan abjad A-Z yang dilingkari, kemudian esok harinya diteruskan kepada pihak keluarga.
Suatu hari kondisinya dinyatakan membaik oleh dokter, walau masih disertai batuk dan sesak serta paru-paru yang belum bersih dari cairan. Ventilator sudah boleh dilepas, namun belum bisa berkomunikasi dengan suami atau keluarga. Perihalnya, kalau bicara akan langsung batuk tiada henti,
Setelah alat infus dan oksigen dilepas, Bu Waliman mulai belajar mengerakkan tangan dan kaki, bernafas panjang, dan juga belajar untuk bangun di tempat tidur, meskipun belum boleh turun.
Sekian waktu berselang, Bu Waliman berangsur pulih dan dinyatakan negative dari Covid-19. Pihak rumah sakit baru memperbolehkan dirinya pulang setelah 2 minggu, untuk memastikan kesehatannya betul-betul sudah pulih. Ia dipindahkan ke ruang rawat lainnya. Saat itu batuk masih sering datang dan kondisi saturasi oksigen kadang masih di bawah tingkat normal.
Ternyata setelah selang 4 hari, Bu Waliman dinyatakan sudah boleh pulang. Namun di saat itu, Bu Waliman baru diberi kabar oleh si mbarep bahwa Pak Waliman dan si ragil juga terpapar Covid-19, tertular dari dirinya waktu itu. Mereka saat itu sedang menjalani isoma (isolasi mandiri) di rumahnya, di BSD. Kini si mbarep yang mengurus dan menanggung semuanya.
Sepulangnya ke rumah, Bu Waliman masih didampingi oleh suster dari rumah sakit. Kondisinya saat itu masih membuatnya belum bisa makan sendiri, nafas masih sesak, sulit tidur, rambut sedikit rontok, dan kulit sedikit terkelupas seperti kulit buaya. Dia harus beristirahat selama 3 bulan di rumah dan dianjurkan untuk tidak ke mana-mana, sampai kondisinya betul-betul pulih.
Betapa gigih perjuangan Ibu Waliman melawan Covid-19 ini. Tentunya karena banyak pengaruh dan kekuatan doa dari keluarga, suami yang selalu setia mendampingi di waktu untung dan malang, anak dan cucu yang berbakti dengan tulus ikhlas, doa-doa yang kuat dari semua para sahabat, komunitas dan organisasi yang penuh kasih, serta harapan dan keyakinan.
Dan yang paling utama adalah karena kehendakNya terjadilah mukjizat kesembuhan. Firman Tuhan seperti yang tertulis dalam Matius 7:7, “Mintalah maka akan diberikan kepadamu, carilah maka kamu akan mendapatkan, ketuklah maka pintu akan dibukakan kepadamu.” Dalam perjuangannya yang keras, karena berdoa mohon belas kasih dan kerahiman Tuhan, maka dilimpahkanlah hal itu kepada keluarga Waliman.
MUKJIZAT ITU NYATA BAGI YANG PERCAYA
Banyak hikmah yang bisa dipetik dari pergumulannya melawan Covid-19. Bagi keluarga, dari sudut pandang iman, mereka dipilih Tuhan untuk mewartakan kabar suka cita dan menjadi berkat bagi sesama. Membangun relasi yang dekat dengan Tuhan dan percaya bahwa walau dalam kondisi lemah terpuruk apa pun bersandarlah kepadaNya. Janganlah cemas, khawatir atau putus asa, dan bawalah dalam doa permohonan dengan penuh keyakinan dan keteguhan hati. Tuhan mendengarkan selalu, pasti mukjizat nyata dan indah pada waktunya menurut kehendakNya.
Hikmah lain adalah agar selalu bersikap rendah hati , sabar, lemah lembut, berbuat kebaikan, tidak terlalu sibuk sendiri dan selalu memperhatikan keluarga. Melalui kejadian ini, diingatkan juga agar selalu berjaga-jaga dan memupuk iman yang kuat. Tak pelak peristiwa ini juga mendewasakan iman anak-anak mereka; semakin tekun dalam doa, berbuat kebaikan, dan berbakti kepada orang tua.
Pada akhirnya, sudah selayaknya Ibu Waliman bersama keluarga mempersembahkan puji syukur yang tak terhingga kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Murah lagi Maha Rahim, yang telah menganugerahkan mukjizat kesembuhan rohani dan jasmani bagi seluruh keluarga. Sembuh dari Covid-19. Puji Tuhan.
Terima kasih. <n>